Petunjuk Hadis bagi Pemimpin yang Tidak Mempekerjakan Para Ahli

Petunjuk Hadis bagi Pemimpin yang Tidak Mempekerjakan Para Ahli

Terkini | sindonews | Senin, 28 Oktober 2024 - 10:34
share

Kekuasaan dan kepemimpinan adalah amanah yang besar dan sangat berat. Ada dua kemungkinan, yaitu apabila seorang hamba dapat memikulnya dengan amanah dan tanggungjawab maka Allah menjadikannya sebagai salah satu sifat penghuni surga. Sebaliknya bila gagal, maka ancamannya adalah neraka jahanam.

Nabi Shallalahu Alaihi Wa sallam memberi petunjuk dalam sebuah hadisbahwa salah satu dari tiga sifat penghuni surga adalah:

[arabOpen]ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ[arabClose]

“Seorang penguasa yang berlaku adil, gemar bersedekah dan mendapat petunjuk untuk menjalankan dan melaksanakan kebenaran.” (HR. Muslim)

Ustaz Abu Ihsan Al-Atsaary, dai yang rutin mengisi ceramah di Kajian Sunnah Jakarta ini menjelaskan hadis tersebut bahwa hal pertama disebutkan Nabi tentang sifat penghuni surga. Tapi di lain sisi ini juga merupakan amanah yang berat, tanggung jawab yang besar, yang apabila disia-siakan maka ancamannya adalah neraka.

Seorang pemimpin yang berbuat aniaya seperti yang Nabi katakan didalam hadits:

[arabOpen]مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمُ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ[arabClose]

“Barangsiapa yang Allah serahkan urusan kaum muslimin kepadanya, namun dia menutup diri dengan tidak menunaikan hajat, kebutuhan rakyatnya dan kefakiran mereka, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menutup dirinya terhadap hajat, kebutuhan dan kefakirannya.” (HR. Abu Dawud, Al-Hakim dan yang lainnya)

"Ancamannya berat. Artinya kepemimpinan dan kekuasaan adalah amanah yang harus dipikul dengan tanggungjawab,"ujarnya.

[arabOpen]إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا…[arabClose]

“Allah menyuruh kamu untuk menyerahkan amanat itu kepada ahlinya (orang yang berkompeten dan berhak untuk menerima amanah itu)…” (QS. An-Nisa[4]: 58)

Sehingga para Salaf dahulu saling menahan diri dan menolak untuk diangkat dan ditunjuk menjadi pemimpin. Mereka justru mengalihkannya kepada orang lain yang mereka pandang lebih pantas dan lebih berhak untuk mengembannya. Demikian wara’nya mereka terhadap kekuasaan dan kepemimpinan. Mereka bukanlah orang-orang yang haus kekuasaan. Kita lihat para sahabat sepeninggal Nabi, mereka bertebaran di muka bumi dan menjauh dari hiruk-pikuk perebutan kekuasaan.

Maka iblis menjadikan ini sebagai salah satu celah untuk memperdaya anak Adam. Dan iblis juga menjadikan mereka ini sebagai salah satu bala tentaranya untuk menyebarkan kerusakan. Karena iblis tahu bahwa pemimpin adalah panutan, apa yang dilakukan/dikatakan/dikerjakan oleh pemimpin biasanya diikuti/diamini/ditiru oleh rakyatnya. Maka mereka tidak lepas dari tipu daya dan makar iblis.

Di antara talbis iblis terhadap para pemimpin dan penguasa adalah para pemimpin ini tidak mempekerjakan orang-orang yang cakap, mereka justru mempekerjakan orang-orang yang tidak ahli di bidangnya. Nabi mengatakan di dalam sebuah hadits:

[arabOpen]إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ[arabClose]

“Jika diserahkan satu tugas kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggu saja masa kehancurannya.” (HR. Bukhari)

Biasanya mereka mempekerjakan orang-orang yang dekat dengan mereka, karib kerabat, sanak keluarga atau orang-orang yang mungkin mencari perhatian di hadapan mereka. Orang-orang inilah yang ditunjuk untuk melakukan tugas-tugas mengurus rakyat. Sehingga karena orang-orang ini tidak berilmu atau mungkin juga tidak bertakwa, maka tercerai-berailah urusan-urusan kaum muslimin, banyak hak-hak yang tidak tertunaikan dan kewajiban-kewajiban yang terbengkalai.

Rakyat pun mendoakan keburukan kepada para penguasa ini karena mereka telah berbuat aniaya terhadap rakyatnya, mereka memberi pekerjanya makanan yang haram karena diperoleh dengan cara yang haram. Maka beredarlah rezeki yang haram itu di kalangan penguasa dan kaki tangannya. Lalu bagaimana satu negeri dapat ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila doa mereka tidak terangkat ke langit karena rezeki tidak halal?

Baca juga:Khutbah Jumat tentang Pemimpin dan Pemerintahan Baru

Wallahu A'lam